Salam sejahtera bagi seluruh jemaat pembaca renungan harian ini!
Tahun ini, perayaan Jumat Agung dan Paskah, persis berada pada situasi yang menurut hemat saya hampir sama. Dimana tragedi kehidupan terjadi dalam peradaban kita saat ini. Terjadi juga dalam peradaban Judeo-Romanum saat itu, sebagai budaya yang menjadi poros seluruh kehidupan manusia ketika itu. Peradaban diuji dan diseleksi menuju keadaban yang benar atau menyimpang jauh dari hakikat hidup. Dan sekarang, peradaban kita juga diuji oleh tantangan yang paling serius saat ini, yaitu pandemi yang melanda seluruh dunia, tanpa kecuali. Semua diuji saat ini. Bukan saja kesabaran kita menangani wabah ini. Bukan saja cara kita mengatasi proses pendistribusian vaksin. Bukan saja cara kita diatur untuk mengikuti aturan Protokoler Kesehatan. Bukan saja cara kita mengelola bantuan sosial. Bukan saja cara kita menghadapi paparan COVID-19 yang sering berakhir pada sikap saling menyerang dan menyalahkan, dan lain sebagainya. Inilah arah peradaban kita yang ada di persimpangan, yang sangat rawan dan menentukan. Karena itu, biarlah dalam momentum Paskah kali ini, ijinkanlan Tuhan menghampiri dengan penuh harap, bahwa kita haruslah menyambut Dia. Dengan hati yang terbuka, telinga yang mau mendengar dan mata yang menatap kepada Salib, agar hidup kita diubah oleh Kristus yang telah bangkit itu. Marilah kita selalu, beritikad, berikhtiar serta berkomitmen baru di dalam semangat kebangkitan Yesus, bahwa segala bentuk ‘kematian’ sudah ‘ditumbangkan’, sudah ‘dijinakkan’ serta ‘ditundukkan” Yesus yang telah mati untuk kita. Marilah mau hidup dalam transformasi Tuhan supaya semua boleh menuju titik temu dan terang baru di dalam peradaban Kristus yang telah bangkit itu.
Selamat Paskah!